Linguistik Historis Komparatif
(Mata kuliah Teori
Linguistik Terapan)
Disusun oleh :
Dian syahreza 180710090010
Yuliawati Amanah 180710090033
Universitas Padjadjaran
Fakultas ilmu Budaya
Program Studi Sastra Rusia
Jatinangor
2013
Abstrak
Linguistik
historis komparatif adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang membandingkan
bahasa-bahasa yang serumpun serta mempelajari perkembangan bahasa dari satu
masa ke masa yang lain dan mengamati bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan
serta mencari tahu sebab akibat perubahan bahasa tersebut. Sejarah perkembangan
linguistik historis komparatif berlangsung selama empat periode.
Di
dalam Linguistik komparatif untuk menentukan hubungan kekerabatan bahasa yaitu
dengan menggunakan 3 metode yaitu metode kuantitatif dengan teknik
leksikostatistik dan teknik grotokronologi, metode kualitatif dengan teknik
rekonstruksi dan metode sosiolinguistik. Metode kualitatif dengan teknik
grotokronologi digunakan untuk menentukan waktu pisah antara bahasa-bahasa yang
berasal dari bahasa awal.
Tujaun
linguistik historis komparatif yaitu:
1.
Mempersoalkan bahasa-bahasa yang
serumpun dengan membandingkan mengenai unsur-unsur yang menunjukkan
kekerabatannya. Bidang-bidang yang digunakan untuk membandingkannya adalah
fonologi dan morfologi.
2.
Mengadakan rekonstruksi bahasa-bahasa
yang ada pada saat ini. Pada bahasa purba atau berusaha menunjukkan bahasa
proto yang melahirkan bahasa modern.
3.
Mengadakan pengelompokkan bahasa yang
termasuk bahasa serumpun.
Dalam
hal ini contoh kajian linguistik historis komparatif adalah bahasa Sunda dan
bahasa Betawi dan hasilnya ada beberapa kata yang memiliki makna serta bentuk
yang sama yaitu Tuman, dan ada
beberapa kata yang maknanya sama tetapi bentuk yang sedikit berbeda yaitu Asap dan Belah.
Hal
tersebut menunjukkan bahasa Betawi dan bahasa sunda memiliki hubungan
kekerabatan dari bahasa serumpun karena bahasa Sunda dan bahasa Betawi
merupakan masuk ruang lingkup bahasa Austronesia.
Isi
Pengertian Linguistik Historis Komparatif
Linguistik historis komparatif adalah salah satu cabang
ilmu linguistik yang membandingkan bahasa-bahasa yang serumpun serta
mempelajari perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain dan mengamati
bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan serta mencari tahu sebab akibat
perubahan bahasa tersebut. Perkembangan bahasa mengakibatkan adanya perubahan,
perubahan itu ada dua yaitu perubahan external history dan internal history.
Internal history yaitu perkembangan atau perubahan bahasa
yang terjadi dalam sejarah bahasa tersebut, perubahan itu mencakup kosa kata,
struktur kalimat dan lain-lain. Sedangkan, Eksternal history yaitu perkembangan
atau perubahan bahasa yang terjadi di luar sejarah bahasa tersebut, perubahan
itu mencakup sosial, budaya, politik, geografis dan lain-lain.
Pengertian LHK menurut beberapa ahli
Alwasilah (dalam Suhardi, 2013:17) menjelaskan pengertian
linguistik komparatif sebagai kajian atau studi bahasa yang meliputi
perbandingan bahasa-bahasa serumpun atau perkembangan sejarah suatu bahasa.
Menurut Robins (1975) Linguistik Komparatif termasuk
dalam bidang kajian linguistik memiliki peran yang sangat penting dalam
memberikan sumbangan berharga bagi pemahaman tentang hakekat kerja bahasa dan
perkembangan (perubahan ) bahasa-bahasa di dunia.
Menurut
keraf (1948:22) mengatakan Linguistik bandingan historis (Linguistik Historis
Komparatif) adalah suatu cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam
bidang waktu serta perubahan – perubahan unsur bahasa yang erjadi dalam bidang
wakru tersebut.
Menurut Verhaar (dalam Suhardi, 2013:25), kajian
linguistik historis-komparatif dapat dikelompokkan menjadi:
- Kajian linguistik sinkronis
- Kajian linguistik diakronis
Sejarah Linguistik historis komparatif dan
tokoh-tokohnya.
Sejarah perkembangan linguistik historis komparatif
berlangsung selama empat periode yaitu:
Periode
pertama dimulai pada tahun 1830-1860, bermula dari seorang tokoh yang meletakan
dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa berkebangsaan Jerman Franz Boop yakni
meneliti asal mula akhiran kata kerja yang menurut pendapatnya semua akhiran
bentuk kata kerja berasal dari bagian-bagian yang tadinya terlepas dari pokok
kata sedangkan bagian yang selalu ada ialah perkataan sein. Boop membandingkan
akhiran-akhiran dari kata kerja dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia,
dan German (terbit tahun 1816)
Dalam usaha menemukan bentuk asal, Boop menggunakan trias-teori yang menyatakan bahwa tiap kalimat sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yakni: subjek, predikat, dan kopula. Tentang hal bunyi Boop terpengaruh oleh Grimm dengan menyatakan bahawa bahasa primitif hanya mempunyai tiga jenis bunyi, yakni /a, i, u/. perubahan bunyi disebabkan oleh sesuatu yang mekanis dan ia sendiri mengira bahwa perubahan itu bergantung pada “beratnya” akhiran.
Sehubungan dengan klasifikasi bahasa Boop membagi bahasa atas tiga jenis:
a. Bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa tenaga pembentuk, jadi tidak memiliki organisme tata bahasa, misalnya bahasa Tionghoa.
b. Bahasa-bahasa dengan akar kata yang terdiri dari satu suku kata, mempunyai organisme tata bahasa.
c. Bahasa-bahasa dengan akar kata terdiri dari dua suku kata dan konsonan mutlak.
Dalam usaha menemukan bentuk asal, Boop menggunakan trias-teori yang menyatakan bahwa tiap kalimat sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yakni: subjek, predikat, dan kopula. Tentang hal bunyi Boop terpengaruh oleh Grimm dengan menyatakan bahawa bahasa primitif hanya mempunyai tiga jenis bunyi, yakni /a, i, u/. perubahan bunyi disebabkan oleh sesuatu yang mekanis dan ia sendiri mengira bahwa perubahan itu bergantung pada “beratnya” akhiran.
Sehubungan dengan klasifikasi bahasa Boop membagi bahasa atas tiga jenis:
a. Bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa tenaga pembentuk, jadi tidak memiliki organisme tata bahasa, misalnya bahasa Tionghoa.
b. Bahasa-bahasa dengan akar kata yang terdiri dari satu suku kata, mempunyai organisme tata bahasa.
c. Bahasa-bahasa dengan akar kata terdiri dari dua suku kata dan konsonan mutlak.
Tahun
1818 Ramus Kristian Rusk, terbit bukunya yang berjudul Undersogelse om det
gamle nordiske eller is landske Sprongs Oprindelse (= penyelidikan tentang asal
mula bahasa Nur kuno atau Islandia). Melakukan penelitian kata-kata dalam
bahasa German mengandung unsur-unsur bunyi yang teratur hubungannya dengan
kata-kata bahasa Indo Eropa lainnya. Perbandingan bahasa German Utara dengan bahasa Baltik, Slavia dengan
Keltik, serta dimasukkan bahasa Baskia
dan Finno-Ugris. Pendapat Rask yang sangat penting adalah pergeseran
bunyi-bunyi di dalam bahasa-bahasa Jerman yang kemudian dikonkretkan oleh J.
Grimm sehingga dapat dikatakan bahwa Grimm adalah penerusnya. Rask berpendapat
bahwa kalau ada persamaan antar dua bahasa, maka hal itu disebabkan oleh
kekeluargaan bahasa tersebut.
Pada
tahun 1819 Jacob Grimms dalam karangannya Deutsche Grammatika merupakan
permulaan studi linguistik German dari Jerman. Dari dialah berasal klasifikasi
dalam bentuk kata kerja lemah dan kata kerja kuat bahasa Jerman, pengertian
Ablaut dan Umlaut. Dalam bukunya yang kedua dikenal dengan hukum Grimm. Hukum
ini membahas mengenai Lautverschiebung. Hukum ini sangat penting dalam bidang
bahasa. Tahun 1822 Deutsche Grammatik terbit untuk kedua kalinya. Grimm membuat
teori berdasarkan pikiran Rasmus Rask, mengenai Lautverschiebung., yaitu:
1) Jika bahasa Gothik mempunyai f, maka bahasa Indo-Eropa lainnya mempunyai bunyi p; sebuah bunyi p akan menjadi b dalam bahas lainnya; sebuah bunyi th akan menjadi t dan bunyi t akan menjadi d dan sebagainya.
2) Grimm menggambarkan Lautverschiebung dari bunyi beraspirata bahasa Indo-Eropa menjadi tak beraspirata dan menjadi bunyi bersuara menjadi tak bersuara, bh, dh, gh menjadi b, d, g, dan b,d, g menjadi p, t, k.
1) Jika bahasa Gothik mempunyai f, maka bahasa Indo-Eropa lainnya mempunyai bunyi p; sebuah bunyi p akan menjadi b dalam bahas lainnya; sebuah bunyi th akan menjadi t dan bunyi t akan menjadi d dan sebagainya.
2) Grimm menggambarkan Lautverschiebung dari bunyi beraspirata bahasa Indo-Eropa menjadi tak beraspirata dan menjadi bunyi bersuara menjadi tak bersuara, bh, dh, gh menjadi b, d, g, dan b,d, g menjadi p, t, k.
Tahun
1808 Friedrich von Schlegel menerbitkan buku berjudul Uber die Sprache und
Weisheit der Inder. Dalam karangannya ia menekankan studi perbandingan
“struktur dalam” bahasa (bidang morfologi) untuk menjelaskan hubungan genetik
bahasa. Beliaulah yang memperkenalkan tata bahasa perbandingan/ Vergleichende
Grammatik. Yang diperbandingkan adalah bentuk infleksi dan derivasi dari bahasa
Sanskrit, Yunani, Latin, Indo-Eropa lainnya. Dari hasil perbandingan ternyata
persamaan itu bukan berasal dari peminjaman, melainkan karena persamaan asal,
yang menurut pendapatnya bahawa bahasa Sansekerta lebih tua jika dibandingkan
bahasa lain.
Menurut
Friedrich von Schlegel ada dua kelompok bahasa yakni:
a. Bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam root (= bahasa fleksi)
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas: bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa yang partikelnya membentuk makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa, lalu menjadi bahasa afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini diambil alih oleh saudaranya, A. W. Schlegel (1767-1845) dan membuat klasifikasi bahasa menjadi:
a. Bahasa tanpa struktur tata bahasa
b. Bahasa yang menggunakan afiks
c. Bahasa yang berfleksi
Bahasa fleksi dibaginya lagi menjadi
a. Bahasa sintetis
b. Bahasa analitis
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya sedangkan bahasa analitis tercipta pada zaman sejarah.
a. Bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam root (= bahasa fleksi)
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas: bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa yang partikelnya membentuk makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa, lalu menjadi bahasa afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini diambil alih oleh saudaranya, A. W. Schlegel (1767-1845) dan membuat klasifikasi bahasa menjadi:
a. Bahasa tanpa struktur tata bahasa
b. Bahasa yang menggunakan afiks
c. Bahasa yang berfleksi
Bahasa fleksi dibaginya lagi menjadi
a. Bahasa sintetis
b. Bahasa analitis
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya sedangkan bahasa analitis tercipta pada zaman sejarah.
F.Pott
(1802-1887) Menyelidiki etimologi kata-kata dengan metode yang lebih baik dan
objek penyelidikannya dari bahasa-bahasa Indo German. Wilhelm von Humboldt
(1767-1835)
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau adalah ahli tata Negara, filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah). Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi diplomat Prusia anatara lain menjadi duta di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang berujudl Ueber die Kawisprache auf der Insel Java.
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau adalah ahli tata Negara, filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah). Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi diplomat Prusia anatara lain menjadi duta di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang berujudl Ueber die Kawisprache auf der Insel Java.
Pandangannya
bersifat historis dan filosofis. Beliau beranggapan bahwa bahasa tidaklah
terjadi karena sangat dibutuhkan. Berbahasa merupakan keinginan batin manusia
karena manusia adalah makhluk bernyanyi yang menghubungkan pikiran dengan
bunyi.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan menjadi objek pemikiran. Tiap objek pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek pernyataan harus dicarikan cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (= bahasa) kembali kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan kegiatan (= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau aussere lautform atau artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form= bentuk batin. tentang innere form (bentuk batin), Humboldt membedakan dua substansi, yakni das Bestandige dan das Gleichformig. Keduanya terletak dalam jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa yang didalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia berpendapat bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya pada lautfrom. Untuk itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
a. Bahasa monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami perubahan bentuk.
b. Bahasa aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten= perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan afiks.
c. Bahasa fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.
d. Bahasa inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini yakni patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan menjadi objek pemikiran. Tiap objek pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek pernyataan harus dicarikan cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (= bahasa) kembali kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan kegiatan (= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau aussere lautform atau artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form= bentuk batin. tentang innere form (bentuk batin), Humboldt membedakan dua substansi, yakni das Bestandige dan das Gleichformig. Keduanya terletak dalam jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa yang didalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia berpendapat bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya pada lautfrom. Untuk itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
a. Bahasa monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami perubahan bentuk.
b. Bahasa aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten= perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan afiks.
c. Bahasa fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.
d. Bahasa inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini yakni patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.
Periode
kedua terjadi dalam kurun waktu 1861 hingga 1880, August Schleicher bermula
dari Beliau adalah ahli linguistik. Meskipun bahasa yang betul-betul dikenalnya
adalah bahasa Slavia dan Lithaunia (= salah satu bahasa Baltis), mempelajari
bahasa Ceko dan dapat berbicara dalam bahasa Rusia.
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis, tetapi pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang semurni-murninya. Pentingnya Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam dua hal yakni:
a. Memulai dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b. Menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa bahasa Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena perceraian bangsa. Indo-Jerman, Utara, Selatan Slavia, Asia Jerman Bahis, Iran Sanskerta
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan konsepsi Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori pohon). Jadi, ada bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa induk dapat ditelusuri bahasa purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga jenis, yakni :
a) Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b) Bahasa aglutinasi inklusif bahasa inkorporasi
c) Bahasa fleksi
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis, tetapi pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang semurni-murninya. Pentingnya Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam dua hal yakni:
a. Memulai dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b. Menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa bahasa Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena perceraian bangsa. Indo-Jerman, Utara, Selatan Slavia, Asia Jerman Bahis, Iran Sanskerta
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan konsepsi Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori pohon). Jadi, ada bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa induk dapat ditelusuri bahasa purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga jenis, yakni :
a) Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b) Bahasa aglutinasi inklusif bahasa inkorporasi
c) Bahasa fleksi
G.
Curtius (1820-1885) Menerapkan metode perbandingan untuk Filologi Klasik ,
khususnya mempelajari bahasa Yunani .
Max Muller dan D.Whitney (1827-1894) Muller menghubungkan kelas-kelas
bahasa dengan tipe-tipe sosial; bahasa isolatif (bahasa keluarga); bahasa
aglutinatif (bahasa pengembara); bahasa fleksi
(bahasa masyarakat yang sudah mengenal negara). Sedangkan, Whitney
menambahkan istilah polisintesis untuk menyebutkan bahasa inkorporatif.
Periode
ketiga berlangsung dari tahun 1889 sampai akhir abad ke-19 yaitu muncul airan
yang bernama junggrammatiker yang
mengandung hukum Grimm. Aliran ini bergerak di Leipzig, salah satu muridnya
adalah Leonard Bloomfil yang menjadi linguis strukturalis Amerika. Menjadikan
linguistik historis komparatif sebagai sebuah ilmu yang eksak dalam
metode-metodenya. Tokoh yang terpenting Karl Brugmann, H. Osthoff, dan A.
Leskien. Selain itu J. Schmidt
mencetuskan sebuah teori batu yang disebut wallentheori. Ia kemudian melahirkan
hukum verner dan pada tahun 1880 Hermann Paul mengeluarkan buku prinzipen der
sprachgescichte (1880). Ahli lainnya H. Steinthal mencoba membagi bahasa dengan
landasan psikologi dan Fr. Muller menerbikan bukunya grundriss der
sprachwissenchaft (1876-1888).
Periode
keempat lahir pada abad ke-20 ketika fonetik berkembang menjadi studi ilmiah
dan lahirnya cabang linguistik yaitu psikolinguistik dan sosiolinguistik.
Muncul pula aliran praha sebagai reaksi terhadap studi bahasa individual atau
idiolek.
Pembahasan Linguistik Historis Komparatif
Linguistik historis
komparatif merupakan bidang kajian linguistik yang memiliki peranan sangat
besar dalam memberikan kontribusi yang berharga dalam bagi pemahaman, cara
kerja dan perkembangan bahasa-bahasa di dunia. Tugas utama dari linguistik
historis komparatif ini adalah menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai
hakikat perubahan suatu bahasa. Pada umumnya hakikat suatu bahasa memiliki
struktur bahasa(dimensi sinkronis) dan selalu mengalami perubahan bahasa
(dimensi diakronis).
Linguistik sinkronis adalah mempelajari bahasa
berdasarkan gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang diujarkan oleh
pembicara juga mempelajari bahasa-bahasa pada masa tertentu mempunyai
struktur-struktur atau unsur-unsur bahasa yang disebut unsur fonologi,
morfologi, sintaksis dan lain-lain. Linguistik diakronis disebut juga sebagai pendekatan historis
(komparatif) karena kecenderungan kajiannya yang berpusat pada analisis
perbandingan (komparatif) bahasa-bahasa sepanjang waktu (historis).
Tujuan
mempelajari bahasa secara diakronis adalah untuk mengetahui sejarah struktural
bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya. Hasil
kajian diakronis sering kali diperlukan untuk menerangjelaskan deskripsi studi
sinkronik (Chaer, 2007).
Dalam
mempelajari bahasa diakronis, kita dapat menggunakan metode kuantitatif untuk
menganalisis bahasa juga dari segi dimensi sinkronis, namun juga dapat
digunakan dalam kajian linguistik tipology dan linguistik kontrasif .
linguistik tipology dengan metode komparatif digunakan untuk mengkaji bahasa
secara struktural berdasarkan dimensi sinkronis. Tujuannya untuk mengamati
persamaan dan perbedaan tipe bahasa-bahasa di dunia berdasarkan kajian
struktural berbagai tataran kebahasaan secara sinkronis. Sedangkan linguistik
kontrasif dengan metode komparatif bertujuan untuk membandingkan bahasa-bahasa
berdasarkan kajian struktur berbagai tataran kebahasaan secara sinkronis untuk
tujuan didaktis tertentu dalam rangka mencapai keberhasilan pengajaran bahasa.
Di
dalam Linguistik komparatif untuk menentukan hubungan kekerabatan bahasa yaitu
dengan menggunakan 3 metode yaitu metode kuantitatif dengan teknik
leksikostatistik dan teknik grotokronologi, metode kualitatif dengan teknik
rekonstruksi dan metode sosiolinguistik. Metode kualitatif dengan teknik
grotokronologi digunakan untuk menentukan waktu pisah antara bahasa-bahasa yang
berasal dari bahasa awal.
Metode yang digunakan dalam Linguistik Historis
komparatif.
Metode kuantitatif
pendekatan yang
menggunakan cara kerja perhitungan statistik. Pendekatan ini dikenalkan oleh
linguis Amerika yang bernama Morris Swadesh pada akhir tahun 1940-an. Pendekatan ini dibedakan dalam dua teknik:
- Leksikostatistik
- Glotokronologi
Teknik Leksikostatistik
adalah teknik pengelompokkan bahasa yang cenderungmengutamakan penoropongan pada
kata-kata (kelsikon) secara statistik, kemudian berusaha menetapkan
pengelompokkan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan satu bahasa
dengan bahasa yang lain. Metode ini bertujuan untuk menentukan tingkat
kekerabatan dua bahasa atau lebih, apakah bahasa tersebut memiliki kekerabatan
atau apakah bahasa tersebut sekelopok dialek dari suatu bahasa. Adapun rumusnya
yaitu Jumlah kata yang mirip+Jumlah
kata yang sama X 100
Jumlah
kata yang diteliti
Teknik
Glotokronologi adalah teknik pengelompokkan bahasa yang mengutamakan
perhitungan bahasa berdasarkan dari usia atau lamanya suatu bahasa-bahasa yang
sekerabat dengan menggunakan rumus logaritma. Tujuan metode adalah untuk
menentukan usia bahasa yang terkait dengan defiriansi antara dua bahasa atau
lebih. Adapun rumusnya yaitu t= log.c/
2log.r
T=
masa pisah, c= presentase kemiripan, r= presentase retensi, log= logaritma dari
Metode kualitatif dalam LHK menggunakan teknik rekonstruksi. Metode Kualitatif dengan teknik rekonstruksi bertujuan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan bahasa (dapat menemukan korespondensi antara bahasa-bahasa yang sekerabat). Rekonstruksi bahasa yang dilakukan secara internal untuk mencari prabahasa dari bahasa-bahasa yang sedialek. Rekonstruksi yang dilakukan secara external dilakukan setelah mendapat hasil dari penelitian kuantitatif leksikostatistik.
Metode perbandingan klasik tidak hanya bertalian dengan menemukan hukum bunyi antara bahasa-bahasa kerabat, atau dengan istilah kontemporer ‘menemukan korespondensi fonemis antar bahasa kerabat’, tetapi masih dilanjutkan dengan usaha mengadakan rekonstruksi (pemulihan) unsur-unsur purba, baik fonemis maupun morfemis. Rekonstruksi fonem dan morfem proto dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem bahasa proto, maka sebenarnya fonem proto itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya.
Dasar perbandingan bahasa
Tiap
bahasa di dunia dapat diperbandingkan karena bahasa-bahasa tersebut memiliki
ciri kesemestaan bahasa, yaitu:
- Kesamaan bentuk dan makna.
- Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil, yaitu fonem dan morfem.
- Tiap bahasa memiliki kelas-kelas tertentu.
Faktor
kemiripan bentuk dan makna yang terjadi dalam bahasa-bahasa dapat terjadi
karena:
- Warisan langsung dari bahasa Proto
- Pinjaman
- Kebetulan
Warisan langsung dari bahasa Proto
Memiliki persamaan unsur kebahasaan yang meliputi kata-kata pokok, yaitu
kata-kata yang dimiliki semua bahasa (cognate), Persamaan itu relatif
logis dan konsisten, misalnya dalam
perubahan bunyi. Contoh bunyi [p] pada bahasa-bahasa di Eropa selatan dalam
bahasa-bahasa di Eropa utara berupa bunyi [f].
Pinjaman, yang
dimaksud pinjaman dalam faktor ini adalah Berupa kata-kata yang mengandung pengertian yang
semula tidak dimiliki oleh bahasa peminjam.
Berupa kata-kata yang
mengandung nilai rasa tertentu; lebih sopan bila dinyatakan dengan kata
pinjaman.
Kebetulan, yang
dimaksud dengan faktor kebetulan yaitu Penutur yang bahasanya mengandung
persamaan tidak pernah berhubungan, baik fisik maupun kultural. Jumlah unsur
bahasa yang mengandung persamaan sangat sedikit.
Tujuan Linguistik Historis komparatif
Linguistik
historis komparatif memiliki tujuan-tujuan tertentu demi memberikan keilmuan di
bidang kebahasaan untuk pengguna bahasa dunia. Adapun tujuan-tujuan dari
linguistik historis komparatif adalah:
4.
Mempersoalkan bahasa-bahasa yang
serumpun dengan membandingkan mengenai unsur-unsur yang menunjukkan
kekerabatannya. Bidang-bidang yang digunakan untuk membandingkannya adalah
fonologi dan morfologi.
5.
Mengadakan rekonstruksi bahasa-bahasa
yang ada pada saat ini. Pada bahasa purba atau berusaha menunjukkan bahasa
proto yang melahirkan bahasa modern.
6.
Mengadakan pengelompokkan bahasa yang
termasuk bahasa serumpun.
7.
Menemukan penyebaran bahasa-bahasa proto
dari bahasa kekerabatan, serta menunjukkan gerak inigrasi yang pernah terjadi
dimasa lampau.
8.
Penentuan persentase kemiripan dan kesamaaan
(kekerabatan) menggunakan leksikostatistik.
9.
Penentuan masa pisah dengan
glotokronologi.
Contoh kajian Linguistik Historis
Komparatif
Dalam
makalah ini saya memberikan contoh kajian linguistik historis komparatif yaitu
bahasa Sunda dengan bahasa Betawi. Bahasa betawi adalah bahasa yang digunakan
oleh orang-orang suku Betawi di daerah Jakarta, namun saat ini penggunaan
bahasa Betawi telah bercampur dengan bahasa Indonesia dan bahasa slank. Saat ini penggunaan bahasa Betawi
hanya dapat ditemukan di daerah pinggiran Jakarta saja atau di daerah pelosok
Jakarta. Banyak faktor mengapa bahasa Betawi sekarang telah mengalami banyak
perubahan, yaitu banyaknya urbanisasi
masyarakat dari seluruh Indonesia yang bekerja di Jakarta, bahasa Betawi dianggap
bahasa kampung dan norak, Betawi yang dikenal dengan karakter orang-orangnya
yang malas, kampungan, membuat masyarakat suku Betawinya enggan menggunakan
bahasanya sendiri karena malu, Media elektronik adalah salah satu penyumbang
terkikisnya bahasa daerah, ya lewat-lewat sinetron yang ditampilkan, iklan,
serta karakter dalam sinetron tersebut yang digambarkan gaul dan memandang
remeh orang yang menggunakan bahasa daerahnya. Maka dari itu, menurut saya
bahasa Betawi saat ini sudah hampir punah.
Bahasa
Sunda digunakan di seluruh Jawa Barat, bahasa sunda pun mengalami perbedaan
antara satu daerah dengan daerah lain, contohnya bahasa Sunda Bandung berbeda
dengan bahasa Sunda Banten terlihat dari dialeknya, beberapa kosa katanya dan
lain-lain. bahasa Sunda memang masih sangat banyak digunakan oleh masyarakatnya,
tetapi tidak dipungkiri faktor terkikisnya bahasa juga memiliki dampak yang
sedikit mengganggu dalam bahasa sunda, seperti yang telah di sebutkan di atas,
faktor pergaulan pun menambahakan faktor-faktor yang telah banyak di paparkan.
Pergaulan
anak muda yang banyak menganut bahasa slank sangat menganggap remeh bahasa
daerahnya, karena bagi mereka apabila mereka menggunakan bahasa daerah, mereka
di katakan norak, kampungan dan tidak gaul. Jiwa-jiwa muda yang masih labil
mengakibatkan banyaknya anak-anak muda ini beralih dari bahasa daerah ke bahasa
slank.
Bahasa
Sunda dan bahasa Betawi memiliki hubungan kekerabatan dalam bahasanya. Contoh
kata Tuman.
Dalam bahasa Betawi: “
et dah lo tuman amat sih jadi orang,
semaunye aje makanan orang lo pada cobain.” (kamu kebiasaan banget sih jadi orang, semuanya aja makanan orang kamu
cicipi).
Dalam bahasa Sunda: “
ah urang mah moal ngebejakeun maneh, maneh mah tuman jelemana da susah urang atuh.” ( ah saya mah tidak mau
memeberitahukan kamu, kamu mah kebiasaan
orangnya ya susah atuh).
Selain itu ada
kata-kata seperti belah: ngabeulah
(bahasa Sunda), ngebelah (bahasa Betawi), asap
: haseup (bahasa Sunda), asep (bahasa Betawi).
Pada contoh kalimat diatas, kata Tuman memiliki kesamaan antara Bahasa Betawi dan bahasa Sunda,
kesamaan katanya dan maknanya pula. Pada kata Asap dan Belah juga memiliki kesamaan makna tetapi sediki berbeda
bentuk fonemnya.
Hal ini menegaskan kalau bahasa Betawi dan bahasa Sunda
memiliki kekerabatan ataupun serumpun. Hal tersebut memang tidak dipungkiri
karena pada zaman dahulu Jakarta yang dahulu namanya adalah Sunda kelapa. Nah
pada zaman dahulu, mungkin banyak orang-orang dari Sunda yang dipaksa untuk
kerja di Jakarta pada zaman kompeni dan mereka berkomunikasi dalam bahasa
Sunda, lalu lama kelaman mengalami perubahan dengan bahasa betawi banyak
menyerap bahasa-bahasa dari zaman kompeni dan banyaknya urbanisasi seiring berjalannya
zaman. Selain itu bahasa Betawi dengan bahasa Sunda dalam lingkup bahasa
Austronesia jadi tidak menutup kemungkinan ada beberapa bahasanya yang memiliki
kesamaan dalam kosa katanya, walaupun dalam bentuk morfemnya berbeda.
Daftar
Pustaka
Keraf, Gorys. 1984.
Linguistik Bandingan Historis. Jakarta. PT. Gramedia.
Suhardi. 2013. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: Rinneka Cipta.
www.bimbie.com
(diakses: 2 April 2013 pukul 16.36 WIB)
ReplyDeleteAdmin numpang promo ya.. :)
cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indonesia
banyak kejutan menanti para temen sekalian
cuma di sini agent judi online dengan proses cepat kurang dari 2 menit :)
ayo segera bergabung di fansbetting atau add WA :+855963156245^_^
F4ns Bett1ng agen judi online aman dan terpercaya
Jangan ragu, menang berapa pun pasti kami proseskan..
F4ns Bett1ng
"JUDI ONLINE|TOGEL ONLINE|TEMBAK IKAN|CASINO|JUDI BOLA|SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWw.F4ns Bett1ng.COM
DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855963156245^_^
Kak ada pdf buku linguistik bandingan historis nggak?
ReplyDelete