Wednesday, 5 December 2012

Mengenal kembali Kearifan lokal masyarakat kampung Adat Dukuh Garut

Musholla kampung Adat dukuh






Saat itu tanggal 21 februari dini hari jam 04.20 saya, teh lulu dan muhammad susanto melakukan first trip survival pertama kami ke garut, lebih tepatnya garut selatan.

Kami naik elf jurusan bandung pameungpeuk, tarifnya 30rb. Kami berhenti di Kecamatan Cisompet,Neglasari jam 09:00. Awalnya kami ingin pergi ke air terjun Limbung tapi, karena kondisi hujan saat itu tidak memungkin kan kami untuk pergi kesana. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju kampung Adat Dukuh sekalian menjadi tempat tinggal kami selama semalam sebelum kami ke Leuweung Sancang.


 Pak Jajang dan pak Jejen, supir truk yang kami tumpangi dari  kampung Neglasari


Dari kampung Neglasari kami ikut menumpang dengan truck, truck yang kami tumpangi itu adalah truck yang biasa mengangkut kayu dari daerah Maroko. tidak lupa kami berfoto bersama dengan pak  Jejen dan pak Jajang. Kami berhenti di Kec.Pamengpeuk. Setelah makan dan solat kami melanjutkan perjalanan menuju kampung Adat Dukuh desa Cijambe Kec.Cikelet.



saat menumpang kolbak kang Deni




Selanjutnya kami mendapat tumpangan mobil kolbak oleh Kang Deni. Kang Deni adalah seorang pemilik rumah makan di pantai Ranca Buaya yang sedang membeli bensin untuk para nelayan di Kec.Pameungpeuk. Karena pom bensin di daerah ini hanya terdapat di Kec.Pameungpeuk saja.





























persimpangan cikelet










Jam 1.40 kami tiba di persimpangan 
Cimari. Dari situ kami masih harus melanjutkan perjalanan 9km ke kampung Adat  Dukuh. di dekat persimpangan terdapat akses ojekmenuju ke sana. Tarif ojek di sini lumayan mahal dari pagi sampai sang tarifnya 25rb, sore 40rb dan malam 50rb. Sebenarnya ada elf untuk menuju ke atas tetapi karena elfnya hanya ada dua dan ada waktu-waktu elf yaitu pagi jam 05:00 dan 06:00 siang 11:30 sore 17:00 karena kami telat akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki saja. Pada saat itu cuaca hujan dan kami sempat menyasar lalu akhirnya kami bertemu dengan seorang kakek-kakek  yang memberitahukan kami  jalan yang benar menuju kampong Adat Dukuh.








Perjalanan menuju kampung Adat Dukuh jalanannya menanjak,berbatuan dan disepanjang perjalanan terdapat ratusan hektar hutan produksi jati. sekitar jam 17:44 kami sampai di gerbang kampung adat dukuh. di dekatnya terdapat warung kecil dan di depan warung tersebut terdapat portal bamboo, apabila ingin melewati jalan tersebut untuk mobil dikenakan biaya 5rb sekali lewat dan portal pun dibuka tetapi, untuk motor tidak dikenai biaya. Kami pun istirahat sejenak di warung itu. Setelah di rasa cukup istirahat dan mengobrol-ngobrol kami diantar oleh orang warung tersebut menuju kampung Adat Dukuh. perjalanan dari gerbang ke dalam sejauh 500m dan jalanannya bebatuan serta menurun tajam. Sampailah kami di gerbang kedua. tidak jauh dari situ sekitar 15m kami mencapai kampung Adat Dukuh. kampung Adat Dukuh ada dua yaitu kampung Adat Dukuh dalam dan kampung Adat Dukuh luar.

pintu gerbang pertama

pintu gerbang kedua



















Perbedaan kampung Adat Dukuh dalam dan luar yaitu:
·         kampung Adat Dukuh dalam :
# Rumah menggunakan dinding bilik bambu, tidak ada kaca dan atap menggunakan ijuk
# Tidak diperkenankan adanya listrik dan barang-barang elektronik
# Alat makan yang dianjurkan terbuat dari pepohonan seperti bambu batok kelapa dan kayu lainnya.
# Sangat menghargai alam dan hutan, dan hidup selaras dengan alam
·         Kampung Adat Dukuh luar :
# Rumah sudah menggunakan genting
# Sudah menggunakan listrik, barang-barang elektronik.
 Keunikan di kampung Adat Dukuh semua rumah dibuat menjadi rumah panggung, semua rumah tidak diperbolehkan menghadap ke utara karena di situ terdapat makam kramat.

Larangan di kampung adat dukuh :
# Tidak boleh makan sambil berjalan
# Tidak boleh berselonjor kaki kearah utara
# Tidak diizinkan masuk ke hutan larangan tanpa izin, untuk pegawai negeri sipil (PNS) dan nonmuslim tidak diizikan sama sekali
# Ada aturan-aturan lain yang harus dipenuhi didalam hutan larangan
# Tidak boleh mengambil pohon atau batang pohon yang tumbang



kampung Adat Dukuh dalam



bentuk rumah kampung Adat Dukuh Luar




Sebelum masuk ke kampung adat dukuh terlebih dahulu kami harus ke kuncennya yang disebut Ama luluk. setelah meminta ijin dan mengobrol akhirnya kami dibolehkan untuk tidur di rumah anaknya ama luluk di kampung Adat dalam. Kesenian kampung Adat Dukuh adalah terbang, jaroh, cebor opat puluh,manuja,tilu waktos dan disini juga terdapat kesenian membuat barang-barang dari batok dan bambu menjadi gelas,piring, dll.

Pada malam hari sehabis isya kami makan malam bersama, kami dihidangkan makanan tradisional yaitu ikan asin,telur,kerupuk dan pastinya di dalam keadaan gelap. kami makan di dapur di temani mereka yang sedang mengobrol di situ juga. Setelah makan kami menunggu Amak luluk selesai shalat. tidak lama kemudian kami mengobrol dengan beliau dan meminta ijin untuk pulang pagi buta. tubuh dan mata kami sangat lelah karena jauhnya perjalanan, jam 10 kami pun mengakhiri pembicaraan. lalu kami tidur di dalam keadaan gelap,tanpa listrik.

cempor adalah alat bantu penerangan masyarakat kampung Adat Dukuh








Esok harinya sekitar jam 4.30 kami bangun lalu solat subuh, setelah beres-beres sekitar jam 05.30 kami keluar dari kampung adat dukuh dan melakukan perjalanan ke tujuan selanjutnya dan menunggu elf untuk turun kebawah. tarif elf untuk sampai ke persimpangan adalah 20rb untuk 3 orang.

Pengalaman yang kami dapat di kampung Adat Dukuh adalah mereka sangat memegang teguh adat istiadat islam,pola pikir mereka yang sudah maju, mereka masih memegang fungsi awal seperti dahulu yaitu menjamu tamu dengan sangat baik,hangat,ramah,dan keakraban serta mereka masih melakukan semua kegiatan di dapur yaitu mengobrol,makan dan memasak. warga kampung dukuh, sangat menjaga hutan (yang disebut hutan larangan), tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam hutan larangan sehingga hutan larangan sampai saat ini masih asri. Di kampung Adat dukuh ini biasa ramai dikunjungi setiap hari kamis malam jumat dan hari sabtu karena disini terdapat makam kramat yang sering dijadikan ziarah oleh para pendatangnya.
Dari hasil berbicang dengan Kuncen (ama luluk) saat ini warga kampung dukuh sedang berjuang keras untuk menambah areal hutan alami kembali, mereka juga mengumpulkan biji-bijian hutan untuk disemaikan kembali dan berharap pohon yang mereka tanam tumbuh besar dan tidak ditebang. pengalaman yang sangat luar biasa yang tidak kami dapatkan ditempat lain dan banyak hikmah yang kami dapat dari perjalanan ini.

No comments:

Post a Comment