|
Suasana pagi hari Desa Gajeboh dan wisatawan lainnya. |
Setelah berjalan 2 jam dari desa
Ciboleger, akhirnya sampai juga kami di desa Gajeboh. Kami beristirahat sejenak,
lalu membersihkan diri di sungai, kami membersihkan diri bargantian, karena
keadaan disini sangat gelap sekali, bergantian memegang senter dan juga harus
berhati-hati dengan arus sungainya setelah itu membeli perlengkapan bahan
makanan di warung di desa Gajeboh. Teh siska membeli beras, telur dan sarden,
katanya harga-harga disini sangat mahal, jadi kami sarankan untuk membawa
perlengkapan bahan makanan dari luar saja.
|
hasil tenun Baduy Luar |
Cara masak makan malam disini
yaitu kami memberikan bahan makanan tersebut ke tuan rumah, nanti mereka yang
mengurus tentang makanannya. Ada hal yang unik saat kami makan malam bersama,
orang Baduy tidak akan makan terlebih dahulu sebelum kami semua mengambil makan
pertama kali. Oh iya, masyarakat baduy memasak dengan hal yang seadanya, jadi
bagi kalian yang tidak suka sarden jangan memaksakan memakannya karena rasanya
yang amis, yang tidak dicampurkan dengan rempah-rempah lain. Setelah makan
malam, Lalu pak Idong membuka oleh-oleh untuk kami yaitu Durian, karena disini
musim durian jadi banyak sekali durian runtuh yang ditemukan di jalan. Assiiiiikkk
durian itu menjadi santapan penutup makan malam ini, Siska yang tidak suka
durian terpaksa harus keluar untuk menghindari bau nya, Netra dia hanya
mencicipi 1-2 buah saja, otomatis saya dan Lulu mengahbiskan durian ini dengan
lahapnya.
|
Suasana dalam rumah Baduy luar |
Penerangan yang hanya menggunakan
lampu petromak menjadi cahaya pada malam hari kami, kami bertanya banyak
tentang Baduy kepada pak Idong, orang-orang Baduy cenderung lebih malu untuk
kami ajak berbicara, mungkin karena perbedaan bahasa yang menyulitkan kami untuk
berkomunikasi. Yeee asik kami diperbolehkan memasuki Baduy dalam, padahal saat
ini adalah bulan kawalu, tetapi karena panennya gagal maka dari itulah kami
diizinkan untuk memasukinya. Selama bulan kawalu (masa panen) kita tidak
diperbolehkan untuk memasuki baduy dalam. Pada dasarnya masyarakat baduy itu
menenun dan bertani maka tak heran jika di setiap rumah orang baduy terdapat
kain hasil tenun, pemintal, serta benang-benang untuk ditenun. Kain-kain itu di
gantung di sisi-sisi dinding, benang-benangnya di taruh diatas langit-langit.
Rumah-rumah yang berbentuk rumah panggung dengan atap daun rumbai dan dinding
yang menggunakan anyaman bambu tikar serta tiang yang hanya menggunakan bambu
dan kayu.
|
Benang dan alat pemintal di langit-langit |
Saya, Lulu, Siska tidur hanya
menggunakan alas tikar dan bantal keras yang terbuat dari kapuk, sedangkan
Netra dia tidur dengan nyamannya menggunakan sleeping bag, Ahhhh bang Netra
curang. Siska kakinya terkilir saat jatuh tadi dan dia menempelkan banyak koyo
di bagian kakinya, kami pun menggunakan balsem untuk mengurangi rasa pegal di
kaki akibat jauhnya perjalanan. Lelahnya perjalanan kami membuat kami ingin
cepat-cepat tidur karena besok kami akan melanjutkan perjalanan menuju Baduy
Dalam.
|
bersiap untuk tidur |
|
Seorang anak Baduy Luar |
No comments:
Post a Comment