Leuweung Sancang |
Pada hari pertama kami tiba di
leuweung sancang pukul 1.40 siang. Kami ditemani 3 polisi hutan yaitu pak
Ruskindi, pak Asep dan pak Kusman. Disana kami menuruni 300 anak tangga dan
disana terdapat tempat makam ziarah, karena tidak dipungkiri lagi leuweung
sancang juga sarat akan mistiknya yaitu tempat menghilangnya prabu Siliwangi.
Selain itu kami melihat pahlahlar, meranti merah yang masih kecil,kabalera
Rafflesia Patma, jalur tempat tinggal dan bermainnya owa jawa. Sayangnya kami
belum bisa menemukan owa jawa karena owa jawa mulai aktif pada jam 6-8 pagi,
lalu dilanjutkan siang jam 1-3. Tetapi,karena saat itu cuaca hujan jadi kami
tidak bisa melihat hewan langka yang satu ini.
Di leuweung sancang juga terdapat
sungai yang lebar dan cukup deras,juga terdapat curug. Untuk sampai ke curug
kami harus menyebrang sungai menggunakan alat penyebrangan yaitu getek.
Sesampainya di curug, kami menemukan biawak, sayangnya kamera kami juga kurang
memadai sehingga gambar biawak sangat tidak jelas. Saat itu hari sudah semakin
sore, akhirnya kami memutuskan pulang.
Seseorang menggunakan Getek untuk menyebrang sunga |
Kami menginap di pos polisi hutan
yang terletak di daerah Pantai Cijeruk Indah. Ironisnya, karena leuweung
sancang ini hanya memiliki 1 pos polisi hutan yaitu hanya di pantai Cijeruk
Indah. Leweung sancang memiliki luas
2913 ha, tetapi dengan luas hutan tersebut hanya memiliki polisi hutan 9 orang.
Leuwung sancang pun terbagi menjadi 3 cagar hutan yaitu cagar alam pantai atau
hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan dataran rendah. Leuweung Sancang
merupakan hutan alami, kualitas air dari hutan pantai yang bersih dan pepohonan
yang lebat serta hewan liar yang masih bisa di jumpai merupakan suguhan
istimewa di Leuweung Sancang.
Sisa-sisa vandalisme dari beberapa
orang yang tidak bertanggung jawab masih bisa di temukan, seperti penebangan
liar, perambahan hutan dan pencurian kayu, khususnya kayu meranti merah
(tergolong tumbuhan langka) dan pohon kaboa (dilindungi). selain itu juga hewan
liar yang masih bisa di jumpai jika beruntung adalah owa (hewan Endemic Jawa
Barat), surili (hewan endemic Jawa), macan tutul, monyet, lutung, burung merak
dan binatang umum lainnya.
pak Ruskindi sedang menjelaskan tentang Kaboa |
Pada hari kedua sekitar jam 10 kami
melakukan susur pantai dan melanjutkan konservasi ke hutan pantai dan hutan
mangrove. Disana terdapat pohon kaboa, pedada, kijingkang, api-api dan granat.
Saat susur pantai kami disuguhkan hamparan pasir putih yang indah, hutan
mangrove yang lebat dan air laut yang masih sangat jernih dan belum terjamah
oleh banyak orang. Pada saat itu kondisi pantai sedang surut, kami bisa melihat
ikan-ikan dan rumput laut dengan mata telanjang.
Kenop bunga Rafflesia yang kami temukan |
Kami singgah sebentar di kampong
nelayan,setelah dirasa cukup beristirahat kami memasuki hutan pantai. Disinilah
kami menemukan knop(tunas/cikal bakal) Rafflesia Patma, yang pada saat itu
diperkirakan oleh pa Ruskindi 3-4 minggu lagi akan mekar. Dan rentang mekar
Rafflesia Patma hanya bertahan selama seminggu. Wow suatu pengalaman luar biasa
jika kita dapat menyaksikan moment langka ini. Tapi lagi-lagi sayangnya dari 6 kenop Raflesia
Patma yang kami lihat di Leuweung Sancang, satu diantaranya sudah mekar hanya
dalam 1 hari lalu kemudian busuk. kemungkinan besar disebabkan curah hujan yang
tinggi. tapi kita tetap masih punya kesempatan untuk melihat mekarnya bunga
ini, pada kesempatan berikutnya. semoga kenop-kenop yang tersisa akan mekar dan
dapat kita nikmati. Disana kita juga menemukan ikan salamander
dan jejak biawak lagi.
Kerang Totok yang kami makan |
pak Kusman sedang membuka Kerang Totok untuk kami |
Disana kami menikmati kerang
totok,yaitu sejenis kerang air payau yang banyak terdapat di hutan mangrove
Sancang, rasanya gurih dan lezat dan kami meminum air sungai, karena disini
airnya masih jernih jadi kami dapat meminum langsung,tapi kami harus dikumu2
terlebih dahulu airnya sampai terasa cukup hangat lalu di telan. Pengalaman
yang sangat berharga untuk kami, yang kami dapatkan hanya di Leuweung Sancang
Garut.
ingat selalu
Jangan Ambil apapun selain Gambar
dan pengalaman
jangan meninggalkan apapun selain
jejak kaki
jangan membunuh apapun selain waktu
itu ke curgnya lewat kampung nelayan atau lewat mana?
ReplyDeletejauh gak kalo dari kampung nelayan itu?
bukan mas yudi, kita lewat dari desa terakhir yang mau ke arah makamnya. kalau dari kampung nelayannya lumayan jauh mas :D
Delete