Monday 1 April 2013

Pesona hutan yang belum terjamah Leuweung Sancang

Leuweung Sancang

Perjalanan pertama Yulutrip adalah Garut Selatan, Jawa Barat Indonesia. setelah Kampung Dukuh, perjalanan di Lanjutkan ke Leuweung Sancang bersama teman-teman Pencinta Alam Universitas Garut BELANTARA. Leuweung Sancang  merupakan salah satu cagar alam dan hutan konservasi di Indonesia yang bertaraf Internasional yang belum tersentuh oleh fasilitas pariwisata secara khusus.

Pada hari pertama kami tiba di leuweung sancang pukul 1.40 siang. Kami ditemani 3 polisi hutan yaitu pak Ruskindi, pak Asep dan pak Kusman. Disana kami menuruni 300 anak tangga dan disana terdapat tempat makam ziarah, karena tidak dipungkiri lagi leuweung sancang juga sarat akan mistiknya yaitu tempat menghilangnya prabu Siliwangi. Selain itu kami melihat pahlahlar, meranti merah yang masih kecil,kabalera Rafflesia Patma, jalur tempat tinggal dan bermainnya owa jawa. Sayangnya kami belum bisa menemukan owa jawa karena owa jawa mulai aktif pada jam 6-8 pagi, lalu dilanjutkan siang jam 1-3. Tetapi,karena saat itu cuaca hujan jadi kami tidak bisa melihat hewan langka yang satu ini.

Di leuweung sancang juga terdapat sungai yang lebar dan cukup deras,juga terdapat curug. Untuk sampai ke curug kami harus menyebrang sungai menggunakan alat penyebrangan yaitu getek. Sesampainya di curug, kami menemukan biawak, sayangnya kamera kami juga kurang memadai sehingga gambar biawak sangat tidak jelas. Saat itu hari sudah semakin sore, akhirnya kami memutuskan pulang.
Seseorang menggunakan Getek untuk menyebrang sunga

Kami menginap di pos polisi hutan yang terletak di daerah Pantai Cijeruk Indah. Ironisnya, karena leuweung sancang ini hanya memiliki 1 pos polisi hutan yaitu hanya di pantai Cijeruk Indah.  Leweung sancang memiliki luas 2913 ha, tetapi dengan luas hutan tersebut hanya memiliki polisi hutan 9 orang. Leuwung sancang pun terbagi menjadi 3 cagar hutan yaitu cagar alam pantai atau hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan dataran rendah. Leuweung Sancang merupakan hutan alami, kualitas air dari hutan pantai yang bersih dan pepohonan yang lebat serta hewan liar yang masih bisa di jumpai merupakan suguhan istimewa di Leuweung Sancang.
Sisa-sisa vandalisme dari beberapa orang yang tidak bertanggung jawab masih bisa di temukan, seperti penebangan liar, perambahan hutan dan pencurian kayu, khususnya kayu meranti merah (tergolong tumbuhan langka) dan pohon kaboa (dilindungi). selain itu juga hewan liar yang masih bisa di jumpai jika beruntung adalah owa (hewan Endemic Jawa Barat), surili (hewan endemic Jawa), macan tutul, monyet, lutung, burung merak dan binatang umum lainnya.
pak Ruskindi sedang menjelaskan tentang Kaboa

Pada hari kedua sekitar jam 10 kami melakukan susur pantai dan melanjutkan konservasi ke hutan pantai dan hutan mangrove. Disana terdapat pohon kaboa, pedada, kijingkang, api-api dan granat. Saat susur pantai kami disuguhkan hamparan pasir putih yang indah, hutan mangrove yang lebat dan air laut yang masih sangat jernih dan belum terjamah oleh banyak orang. Pada saat itu kondisi pantai sedang surut, kami bisa melihat ikan-ikan dan rumput laut dengan mata telanjang.
Kenop bunga Rafflesia yang kami temukan

Kami singgah sebentar di kampong nelayan,setelah dirasa cukup beristirahat kami memasuki hutan pantai. Disinilah kami menemukan knop(tunas/cikal bakal) Rafflesia Patma, yang pada saat itu diperkirakan oleh pa Ruskindi 3-4 minggu lagi akan mekar. Dan rentang mekar Rafflesia Patma hanya bertahan selama seminggu. Wow suatu pengalaman luar biasa jika kita dapat menyaksikan moment langka ini. Tapi lagi-lagi sayangnya dari 6 kenop Raflesia Patma yang kami lihat di Leuweung Sancang, satu diantaranya sudah mekar hanya dalam 1 hari lalu kemudian busuk. kemungkinan besar disebabkan curah hujan yang tinggi. tapi kita tetap masih punya kesempatan untuk melihat mekarnya bunga ini, pada kesempatan berikutnya. semoga kenop-kenop yang tersisa akan mekar dan dapat kita nikmati. Disana kita juga menemukan ikan salamander dan jejak biawak lagi.

Kerang Totok yang kami makan


pak Kusman sedang membuka Kerang Totok untuk kami
Disana kami menikmati kerang totok,yaitu sejenis kerang air payau yang banyak terdapat di hutan mangrove Sancang, rasanya gurih dan lezat dan kami meminum air sungai, karena disini airnya masih jernih jadi kami dapat meminum langsung,tapi kami harus dikumu2 terlebih dahulu airnya sampai terasa cukup hangat lalu di telan. Pengalaman yang sangat berharga untuk kami, yang kami dapatkan hanya di Leuweung Sancang Garut.

ingat selalu

Jangan Ambil apapun selain Gambar dan pengalaman
jangan meninggalkan apapun selain jejak kaki
jangan membunuh apapun selain waktu

Salam Yulutrip
Salam Backpacker!!!


2 comments:

  1. itu ke curgnya lewat kampung nelayan atau lewat mana?
    jauh gak kalo dari kampung nelayan itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan mas yudi, kita lewat dari desa terakhir yang mau ke arah makamnya. kalau dari kampung nelayannya lumayan jauh mas :D

      Delete