Sunday 26 May 2013

Mentari penjual koran..


 
Pak Toha, Penjual koran dan tali sepatu di Unpad Jatinangor

Badannya yang ringkih, bajunya yang lusuh, mata yang membuat kita seakan dapat merasakan pahit getir hidupnya. Berjalan dengan lambat mencari sesuap nasi untuk anak istri di rumah, jelas terlihat dari gaya berjalannya. Tak henti dan tak lelahnya ia menjajakan dagangan dari setumpuk barang yang telah digenggamnya erat dari subuh hingga siang hari. Dengan suara paraunya dan suara khas yang selalu terdengar setiap pagi di gerbang kampus Unpad Jatinangor, Neng korannya, neng....  Begitulah pak Toha menawarkan barang dagangannya. 


Pak  Toha adalah seorang laki-laki lanjut usia  yang berumur 75 tahun. Ia berjualan Koran dan tali sepatu di lingkungan Unpad,  pak Toha telah berjualan selama 7 tahun dan selama ini dia tinggal di Musholla sekre BEM Unpad,  banyak mahasiswa yang telah mengenalnya dan sangat baik memperlakukan dirinya. Pak Toha mulai berjualan Koran dari pagi hingga siang, untuk berjualan Koran,  dia pergi ke setiap fakultas di Unpad, agar korannya habis terjual. Jika waktu telah menunjukkan jam 11 siang, pak Toha kembali menjajakan barang dagangannya yang baru yaitu tali sepatu di depan gerbang kampus Unpad.

Pak Toha saat berjualan

 Pahit getir kehidupan jelas tergambar dari raut wajah serta perampakannya. Tubuh kurus yang dibalut oleh kemeja usang menjadi teman setia yang menemani pak Toha dalam berjualan.  Kadang kala ramai, kadang kala sepi bahkan sesekali waktu tak ada satupun barang dagangannya yang laku terjual. Koran ia jual seharga Rp. 5000 per eksemplar, dan tali sepatu sepasangnya Rp.7000 yang ia jajakan. Memang terbilang agak sedikit mahal jika dibandingkan dengan lainnya. Tetapi, jika dilihat karena dia mengambil barang tersebut dari orang lain serta untuk menutupi kebutuhan hidup yang harus ditanggung olehnya, harga itu seakan tak dapat menutupi semuanya. Ia mendapat kiriman Koran tersebut dari daerah Tanjung sari, Sumedang.  Ia dibekali 40 buah Koran oleh agen untuk ia jual, tetapi  jika koran tersebut tidak semuanya laku, untungnya Koran tersebut dapat dikembalikan. Sedangkan untuk tali sepatu yang dijualnya, didapatnya dari daerah Bandung.

Jauh di daerah Garut, di kampung halamannya, seorang wanita yang bernama bu Popon, yang telah hidup bersama nya dengan 8 orang anak dan 7 orang cucu tinggal dalam rumah sederhana di daerah Wanaraja, Sukawening Garut menanti sang suami pulang membawakan apapun yang bisa dijadikan pengganjal hidup. Ya, pria itu adalah seorang suami, ayah dan kakek yang mempunyai tanggungan 17 orang anggota keluarga yang harus ia hidupi. Pak Toha sendiri pulang seminggu sekali dan harus membawa 15-20 kg beras /minggu. Istrinya yang sadar akan kebutuhan keluarga yang tinggi pun memutuskan untuk ikut bekerja membantu meringankan beban pak Toha yang bekerja sendiri di perantauan,  bertani adalah salah satu keahlian yang dapat diandalkannya, tentunya dengan dibantu oleh anak-anaknya yang telah dewasa. Tetapi walau bagaimana pun, hal tersebut dirasa kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan 17 orang tanggungan mereka.
Perjuangan pak Toha ini banyak membuat mahasiswa-mahasiswi Unpad yang  tersentuh hatinya dan ingin mengenal serta membantunya. Pak  Toha bercerita bahwa beberapa minggu yang lalu ada 4 orang mahasiswa dari Fakultas Geologi  yang datang berkunjung kerumahnya di Garut. Tersirat kebahagiaan dan rasa senang dari wajah kecilnya. Bapak merasa bangga bila kedatangan mahasiswa dari sini, ongkos juga ditanggung sama bapak , bapak engga minta ganti karena itu tanggung jawab bapak selama di perjalanan. Dapat kutarik kesimpulan bahwa pak Toha merupakan seorang tuan rumah yang sangat menghargai tamunya dan berusaha untuk menjamu tamu-tamunya walaupun dengan keadaan dan keterbatasan yang ia miliki. 
Bersama Pa Toha di gerbang Unpad Jatinangor
Sebagai seorang ayah, pendidikan adalah prioritas utama bagi anak-anaknya. Tetapi, hanya dua orang anaknya  yang bisa ia sekolahkan,  yaitu anak perempuan yang duduk dibangku SMP dan anak laki-lakinya yang duduk dibangku SD. Sesekali  ia mengangkat topi hijau tuanya dan menerawang di sela-sela obrolan kami, hal yang terus mengganjal di fikirannya sedari dulu, batu besar yang menghadang di tengah perjalanan kebahagiaannya mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan perut keluarga.. akankah anak-anaknya mampu bersekolah di tempat ia berjualan sekarang??.

Pak Toha, adalah salah satu dari sekian banyak pedagang yang menjual barang dagangannya di lingkungan kampus Unpad Jatinangor. Seorang lelaki kelahiran garut 75 tahun silam yang mengemban amanat keluarga berjualan koran dan tali sepatu dalam mencari nafkah untuk keluarga. Seorang ayah dan juga seorang kakek yang penuh tanggung jawab terhadap keluarganya. Seorang yang selalu di nanti kehadirannya. Bagai mentari yang muncul sebagai penanda malam usai, bagai pelangi yang hadir sehabis hujan turun... 

Innalillahi wainna illaihi rojiun...
Seorang bapak, kakek, suami bahkan seorang laki-laki yang kami semua kagumi berkat kesederhanaannya dan kegigihannya dalam berjualan. begitulah berita yang telah aku dengar dari seorang teman yang mengetahui kabar ini dari @unpadholic dan pada hari ini (02 Agustus 2013) dia mendapat berita meninggalnya alm.Pak Toha dari seorang penjaga kopma (koperasi mahasiswa) yang bernama mang Jaja. menurut berita seorang teman, kabarnya alm Pak Toha meninggal dengan tenang kemarin di rumah mungilnya, di daerah Garut. Spontan kami semua pun kaget mendengar berita ini, sedih dan ingin rasanya melihat alm. Pak Toha untuk yang terakhir kalinya.
Selamat Jalan Pak Toha, doa dari kami semua mengiringi kepergianmu :(


No comments:

Post a Comment